Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku kembang referensi BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 5,75%. Hal ini disampaikan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 24-25 Mei 2023. Keputusan ini sejalan dengan ekspektasi konsensus, sekaligus menandakan BI nan sudah menahan suku kembang referensi di 5,75% selama 4 bulan berturut-turut (Februari - Mei 2023).
Kebijakan Suku Bunga untuk Kendalikan Inflasi
Sebagai informasi, suku kembang referensi merupakan instrumen kebijakan moneter oleh bank sentral nan salah satunya digunakan untuk mengendalikan inflasi. Keputusan mempertahankan BI7DRR sebesar 5,75% ini konsisten dengan stance kebijakan moneter untuk memastikan inflasi inti terkendali dalam kisaran 3,0±1% pada 2023, sesuai dengan sasaran inflasi.
Hal ini searah dengan tingkat inflasi Indonesia nan mulai melandai. Inflasi selama April 2023 nan juga bertepatan dengan momentum Lebaran rupanya lebih rendah dibandingkan Lebaran 2022. Inflasi pada April 2023 berada di 4,33% YoY (vs. Maret 2023: 4,97% dan Februari 2023: 5,47%).
Realisasi inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan ekspektasi konsensus. Ini juga menandai tingkat inflasi tahunan terendah di Indonesia dalam 11 bulan terakhir.
Suku Bunga, Inflasi, dan Kaitannya dengan Investasi Obligasi
Dengan situasi inflasi nan mulai melandai serta suku kembang diekspektasikan sudah sampai pada puncaknya, penanammodal dapat mempertimbangkan untuk menambah alokasi investasi pada aset obligasi. Hal ini lantaran aset obligasi berpotensi memberikan imbal hasil positif jika suku kembang sudah mencapai puncak dan dipangkas nantinya.
Selain itu jika memandang instrumen investasi lainnya, saat ini rata-rata simpanan di perbankan Indonesia (Time Deposit Rate 12 months) berada di level 3,89% per 26 Mei 2023. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan suku kembang referensi BI saat ini sebesar 5,75% dan inflasi sebesar 4,33% pada bulan April 2023.
Sedangkan yield alias indikasi imbal hasil dari obligasi pemerintah tenor 1-10 tahun (ID 1-10Y) tetap berada di rentang 5,86% - 6,43% per 26 Mei. Ini menandakan bahwa yield obligasi pemerintah saat ini lebih tinggi dari deposito, inflasi, maupun suku kembang acuan.
Salah satu instrumen investasi dengan aset obligasi adalah Reksa Dana Obligasi. Berikut ini adalah performa beberapa Reksa Dana Obligasi di aplikasi Bibit nan kebanyakan asetnya ditempatkan pada obligasi pemerintah:
Di samping Reksa Dana Obligasi, penanammodal juga bisa berinvestasi langsung di aset obligasi seperti sukuk tabungan seri ST010-T2 nan saat ini tetap ditawarkan hingga 7 Juni 2023.
Lalu, pilihan lainnya adalah Obligasi FR (Fixed Rate) nan juga merupakan obligasi nan diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia. Obligasi FR mempunyai beragam macam seri dengan tenor nan beragam, sehingga juga dapat dipertimbangkan sesuai dengan jangka waktu investasimu!
Baca Juga: Ada Banyak Seri Obligasi FR, Mana nan Bisa Jadi Pilihan?
Selain untuk melawan inflasi, untung dari investasi langsung di obligasi adalah adanya passive income nan diterima secara berkala melalui kupon. Menarik, kan?
Berminat untuk investasi obligasi baik di ST010-T2 ataupun Obligasi FR? Kamu bisa berinvestasi di kedua aset tersebut dengan upgrade aplikasi Bibit ke Bibit Plus.
Rasakan mudahnya berinvestasi di beragam macam aset mulai dari reksa dana, SBN ritel, obligasi FR, hingga saham beserta fitur eksklusif lainnya hanya dengan satu aplikasi! Diversifikasi investasi jadi lebih praktis berbareng Bibit Plus.